Ketika mentari harus mengalah pada sang rembulan
Tapak kaki tak hentinya meniti ke sebuah istana penyamun
Resah hati yang membuncah ingin segera memutar haluan
Masih mungkinkah ada harapan yang diberikan?
Tiba di depan pintu sudah menghadang ujian
Wahai iman tetaplah bersemayam di lubuk hati
Kuatlah…
Satu detik, dua detik, tiga detik, darah mengalir semakin deras
Waktu, ya waktu
Tolong hentikanlah waktu, tapi apa daya raga ini
Empat detik, lima detik, enam detik, otak berfikirlah
Jiwa ini memberontak
Manusia lain bak penonton
Sutradara dimanakah?
Tolong ubah skenario ini
Bukan!
Bukan peran ini yang dikehendaki
Satu menit, dua menit, tiga menit,
Hati ini membelaskasih pada harapan
Tak ada yang mempedulikan
Duhai hati tegarlah
Kaki-pun ingin segera berlari
Mata ini seketika meluapkan isi hati
Lubuk hati masihkan kau bersama iman?
Lantas, siapakah diri ini kemudian?
Tak pekakah sesama nurani?
Tak terdengarkah jeritan hati?
Tak terlihatkah tangisan hati?
Iman ini mengharapkan pelukan
Bisikkanlah sesuatu, wahai kesunyian
Biarkanlah malam ini kan menjadi ujian
Untukku dari Tuhanku (Allah Swt)
Based on true story